0
Bunga Abadi  itu Tak Boleh Dipetik
Namanya bunga edelweis (nama ilmiahnya Anaphalis javanica). Bunga ini dijuluki bunga abadi karena tak bisa layu.
edelweis
Bunga edelweis, bunga yang tak pernah layu. Sumber foto: myanaphalis.blogspot.com
Setiap pecinta alam yang suka mendaki gunung, pasti sudah mengenal bunga edelweis. Bunga ini selalu dicari para pecinta alam, saat mereka mendaki gunung.
Mereka mencari bunga edelweis, bukan karena ingin memetiknya. Mereka mencarinya sekadar untuk dilihat dan difoto.
Kenapa mereka tidak mau memetik dan membawanya pulang untuk bukti dan kenang-kenangan telah mendaki gunung?
Semua pecinta alam patuh pada janjinya untuk tidak meninggalkan apapun kecuali jejak, tidak membunuh apapun kecuali waktu, dan tidak mengambil apapun kecuali foto.
Begitu juga dengan bunga edelweis. Meskipun bunga ini unik, wangi, dan awet disimpan, bagi pecinta alam, bunga ini pantang dipetik, sekalipun tidak ada yang tahu dan melihatnya.
Sebab, apabila bunga ini diperbolehkan untuk dipetik, padang edelweis yang hanya tumbuh di pegunungan tinggi pasti akan segera habis dan edeweis akan punah.
padang edelweis
Padang edelweis, pelopor vegetasi di pegunungan. Sumber foto: feelthinkimagine.blogspot.com
Konon, menurut pengamatan kakak-kakak pecinta alam, padang edelweis di beberapa gunung di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Lombok, jumlahnya semakin berkurang. Bahkan, di Gunung Bromo, Jawa Timur, padang edelweis sudah terancam punah karena terus dipetik oleh penduduk lokal untuk dijadikan suvenir bagi wisatawan yang datang ke daerah Tengger.
Bagaimana keadaan padang edelweis saat ini? Benarkah, hutan edelweis ini mendekati kepunahan? Sayangnya, belum ada penelitian khusus tentang tanaman ini.
Seandainya kakak-kakak pecinta alam mau meneliti dan mendokumentasikan keadaan padang edelweis manakala mereka mendaki gunung, pasti deh akan terkumpul data tentang keadaan padang edelweis ini di seluruh Indonesia. Ayo, dong, Kak!
Hampir semua gunung ada edelweis. Tumbuhan ini biasanya dijumpai di lereng pegunungan pada ketinggian di atas 2000 meter di atas laut dengan udara yang sangat dingin.
Tumbuhan edelweis memiliki peran sangat penting dalam menghutankan sebuah lereng gunung yang tinggi. Tak salah, kalau edelweis sering disebut tumbuhan pioner atau pelopor pada tanah vulkanik muda.
Selain itu, edelweis juga berfungsi sebagai tanaman pelindung yang mampu menahan hempasan air hujan, sehinga mengurangi erosi di lereng pegunungan.
Edelweis bisa tumbuh di atas tanah yang tandus karena tumbuhan ini bisa bersimbiosis dengan mikoriza atau jamur yang berada pada akar yang bisa menyerap nitrogen dan mengurai sampah-sampah organik.
Daunnya kecil-kecil dan diselimuti bulu-bulu seperti beludru. Musim berbunga berlangsung bulan April sampai Agustus. Setiap kuntum terdiri dari lima mahkota bunga berwarna kuning selebar 5 mm dikelilingi kelopak yang membentuk bintang.
Saat berbunga, aroma semerbak mengundang ratusan jenis serangga untuk menikmati madunya. Banyak serangga seperti kutu, lalat, kupu-kupu, lebah, dan serangga lainnya mati di sekitar edelweis dan menjadi pupuk organik yang ikut menyuburkan tanah.  
Bunga edelweis menghasilkan serbuk-serbuk bunga generatif. Serbuk-serbuk bunga ini diterbangkan angin melewati jurang, lalu jatuh di lereng pegunungan yang tinggi dan menjadi tumbuhan edelweis yang baru.
Konon saat ini, padang edelweis yang masih utuh dan terjaga berada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Padang edelweis yang terhampar pada ketinggian 2.700 meter di atas laut ini luasnya sekitar 50 hektar.
Semoga, serbuk-serbuk bunga edelweis dari Pangrango ini bisa beterbangan dibawa angin dan menyebar ke semua lereng-lereng gunung di Indonesia.
Bunga edelweis. Indah, cantik, dan wangi.

Post a Comment

 
Top